Budaya Brunei – Dikenal sebagai negara kecil tetapi kaya, Brunei Darussalam yang terletak di dekat Pulau Kalimantan sebelah utara kerap menjadi destinasi wisata bagi para pelancong. Tetapi, sebelum Anda mengunjungi Brunei, lebih baik Anda ketahui kebudayaan hingga larangan yang berlaku disana.
Apa saja kebudayaan di Negara Brunei? Kebudayaan Negara Brunei adalah Baju Kurung, makanan khas ambuyat, dan tari tradisional adai adai.
Daftar Isi Halaman
Kebudayaan di Brunei
Berikut ini kebudayaan yang bisa Anda lihat di Negara Brunei.
1. Baju Kurung
Mayoritas penduduk di Brunei Darussalam menganut agama Islam dan banyak pula orang Melayu, sehingga hal ini mempengaruhi pakaian tradisional yang mirip dengan orang Melayu disekitarnya.
Baju kurung untuk wanita muslim tidak memiliki kerah namun memiliki renda di pinggiran baju dan terbuat dari bahan katun, satin, atau sutera. Kemudian dipadukan dengan rok panjang dan kerudung atau jilbab.
Untuk pria, biasanya mereka memakai baju lengan panjang dengan bawahan menggunakan kain songket, celana panjang, atau sarung pendek. Terdapat aksesoris yang dikenakan oleh para kaum pria yakni songkok atau topi tanpa pinggiran yang dibuat dengan jenis kain beludru warna biru atau hitam, tetapi untuk pria yang sudah menunaikan haji, maka akan mengenakan songkok warna putih.
2. Makanan Khas Ambuyat
Salah satu makanan khas yang berasal dari Brunei yaitu Ambuyat yang merupakan sagu hambar dengan kuah yang biasa disebut cancah. Biasanya penyajian Ambuyat disertai dengan makanan lainnya, seperti hati buyah atau paru-paru sapi, ikan goreng, dan lainnya.
Nampak sekilas Ambuyat seperti makanan pembuka, tetapi bila Anda sudah mencoba untuk menyantap Ambuyat dan merasakan kelezatannya, dijamin Anda akan ketagihan.
3. Tari Tradisional Adai-Adai
Menjadi tarian tradisional untuk menyambut tamu terhormat, ternyata tari adai-adai ini menceritakan tentang kehidupan nelayan yang pergi ke laut untuk menangkap ikan, sementara para wanita akan menunggu kepulangan para nelayan di sekitar pantai.
Tarian ini biasanya dilakukan secara berpasangan yang terdiri dari 4 laki-laki dan 4 perempuan, kemudian akan diiring dengan musik rebana dan gambus.
Budaya Perilaku di Brunei
Apa saja budaya perilaku masyarakat Negara Brunei? Budaya perilaku masyarakat Brunei adalah membuyikan klakson dianggap tidak sopan, suasana sepi mulai jam 8 malam, dan menolak makanan dengan cara dijilat.
1. Membunyikan Klakson Dianggap Tidak Sopan
Pada umumnya, ketika sedang berkendara dan ingin minta jalan kepada pengendara lain, kita akan tekan klakson. Tetapi, warga Brunei menganggap bahwa membunyikan klakson merupakan perilaku yang tidak sopan atau mengajak ribut.
2. Suasana Sepi Mulai Jam 8 Malam
Jika Anda berada di Brunei untuk liburan, maka jangan kaget bila Anda merasa suasana yang sangat sepi mulai jam 8 malam. Jadi, Anda tidak akan melihat orang nongkrong, cari makan, dan lainnya lewat dari jam 8 atau 9 malam di Brunei.
3. Menolak Makanan dengan Cara Dijilat
Bila sewaktu-waktu Anda menawari makanan ke orang asli Brunei, lalu mereka mencolek makanan yang dipegang kemudian diciumkan ke bibirnya, maka tandanya mereka menolak makanan tersebut.
Adapun alasan dari hal ini yakni mereka takut akan kepunan atau pamali. Jika tidak menjilat makanan yang ditolak karena kenyang, ditakutkan akan terjadi perkara tidak baik pada mereka.
Larangan di Brunei
Bagi Anda yang tertarik liburan di Brunei Darussalam, Anda perlu memahami beberapa larangan yang berlaku disana. Berikut ini terdapat larangan-larangan yang perlu dihindari selama berada di Brunei, yaitu:
- Dilarang mengonsumsi alkohol dan tembakau. Jika Anda sudah berusia di atas 17 tahun, maka Anda bisa impor sendiri dan melaporkan ke bea cukai
- Jangan pernah melontarkan kritik yang ditujukan kepada sultan dan seluruh anggota keluarga kerajaan di Brunei, karena tindaikan ini bisa menjadi salah satu bentuk pelanggaran yang serius